Jumat, 02 Agustus 2013

Potongan #33

Oyong, tahu telur, kecambah, daun sop, hmmmmm, sedapnya sayuran mlm ni, sumber seratku.

Saya suka semua sayuran edible, kecuali pakis dan rebung. Rebung masih sanggup ku gigit dan kunyah, dlm lumpia yah.... tapi pakis, sulit rasanya,.
Dari semyanya oyong adalah sayuran favoritku, ingatan masa kecil.

Rasa gurih dalam dagingnya yg lembut, itu yg bertahan dalam ingatanku.

@@@@########@@@@@@.........

Seminggu pertama dikampung neneknya, dia baru sadar, bahwa tiap pagi dia menapaki undakan tangga terbuat dari tumpukan batu sungai yang besarnya melebihi kepala kerbau terbesar.

Musim kering menarik air dari sumur dangkal diatas padas. Sering tidak tersisa, jika adapun akan di sisakan untuk air minum dan masak, mandi dan cuci harus ke "kalen" atau ke sungai.

Sungai yang juga aliran lahar dingin gunung slamet, batu besar menjadi tempat sembunyi udang dan ikan air tawar, terkadang yuyu dan kraca, lalu batu kecil membantu menyaring air.

Kami akan melompat dari bawah bambu di  aliran sungai yang tidak ada batunya, mereka menyebutnya kedung.  Ada banyak kisah mistik disana, hingga kami tidak boleh mandi saat dhuhur, maghrib apalagi malam.

Kami juga punya curug (air terjun )yang indah, yang untuk kesana butuh perjuangan hebat, mlewati hutan jati milik perhutani, menyusuri sungai, terkena duri, atau ulat bulu, terpeleset sedikit di bebatun yang licin.  Bekal yang kami bawa terasa nikmat disantap di bawah percikan air, dan kilauan mentari yang terhalangi dedauan. Mataku memicing, semua lelah terobati, roti bolu seharga Rp. 3000;  dan air mineral menjadi penawar semuanya. Tidak ingat lagi muka cemberut bibi kami yang mengomel karena kami pergi kehutan tanpa ijin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar