Bukan kapan mulainya, tapi mulai saja........
Saya tidak akan menunggu umur saya 30 untuk menulis potongan ini.
@@####@@@******************@@@####@@@
"Main perempuan itu penyakit kehidupan nduk, mengambuh sepanjang hayat. Madon le, koyo guluh, mbok gosok suk muncul maneh(1)",suaranya perih dan pekat, seumpama jelaga.
Keriput nan hangat membelai dua kepala dipangkuannya , tangan yang sudah melalang ke berbagai negeri, mengusap penat yang menumpuk di dua pundak yang meringkuk lemah disisinya.
Biyung, dalam tetes air mata mu mengalir doa untuk mereka, putrimu agar tak mengalami hal yang sama dengan mu, putramu agar tak menjalani kesakitan kehidupan.
*****************
Baru lewat beberapa menit setelah maghrib, seorang gadis kecil berjalan cepat melewati jalan berbelok, disisinya kolam/balong kecil penuh cerita horor kampung jawa. Kerudungnya melambai tertiup angin, dingin musim kering mengalir dari sawah di sisi kampung, suara derik bambu, dan dengung serangga menemaninya. Tidak sampai 5 menit, dia sampai ditujunnya. Di surau kecil sang gadis menepi, duduk di serambi, ubin dingin dan lampu terang 5 watt, menunggu gema wirid mengalun merdu, suara merdu para tetua kampung, juga menunggu dua senior untuk bertukar sepatah dua patah kata. Di bukanya ringan kitab suci dipangkuan, membaca setiap baris dan bait, agar lidahnya tak terlipat dan melantur. Guru ngaji yang juga Uwak nya bersama tetua kampung menyapanya dan tersenyum riang. Ritme mengajiku cepat, begitu laporan uwak ke Bapak.