Saya setrika celana kerja saya, kepala saya berdenyut. Pelan dari sisi dalam, celana kerja yang nilainya lebih dari sepertiga uang kiriman bulanan saat mahasiswa di jogja dulu. Sampai halus, hilang kerut yang menghiasi, saya bergeming pada bayangan.
Beberapa pesan singkat terlihat di screen hp, terimakasih sudah menghawatirkan saya, saya balas, I am fine, saya sedang menyetrika. Kepala saya masih berdenyut.
Setelah tertawa dengan "garbage in garbage out" berlanjut dengan haru oleh "Habibi Ainun" saya juga menontong "RING OF FIRE ADVENTURE -SULAWESI MALUKU".
Saya ingat, menjadi Habibi sewaktu kecil adalah sebuah cita2 bagi sebagian teman saya, saya tidak, mungkin karena saya tahu batasan otak saya, juga karena hidup saya berkisah dari perjalanan dari surau ke surau, I am that child, yeah the girl who always insisting follow her father journey. Semua mungkin akan menjadi sejarah, tapi sejarah yang positif tak pernah lekang oleh waktu - HABIBI.
Ngomong2 soal cita-cita, mereka bilang saat kecil seharusnya kita semua punya cita2. Saya juga, dari kisah surau ke surau, ke SDN dan madrasah -sekolah sore kami bilang, karena dimulai jam 2 sore hingga jam 4 setelah jam SDN. Dunia saya adalah Ayah, saya ingin menjadi seperti Ayah. Tapi alih-alih menghapal nahwu sorof dalam syair, saya lebih mendalami dunia cerita "Sultan Pintar tapi Bodoh" . Saya masih mempertahankan cita2 ini hingga saya lulus sekolah menengah pertama, setidaknya sebelum pengumuman kelulusan saya. Karena setelah itu semua berubah, karena dunia termasuk saya terus berubah,
Medan, january 27th 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar