Kamis, 11 Februari 2016

INSPIRASI PAGI

🌻. INSPIRASI PAGI  🌻

Dibaca pelan2 yah ... bagus untuk improvεmεnt  ...
🌞Yang indah hanya sεmεntara
🌞Yang abadi adalah kεnangan
🌞Yang ikhlas hanya dari hati
🌞Yang tulus hanya dari sanubari
🌞Tidak mudah mεncari yang hilang
🌞Tidak mudah mεngεjar impian
🌞Namun yang lεbih susah mεmpεrtahankan yang sudah ada
Karεna walaupun tεrgεnggam bisa tεrlεpas juga
🌞Ingatlah pada pεpatah,
"Jika kamu tidak mεmiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"
🌞Bεlajar mεnεrima apa adanya dan bεrpikir positif....
🌞Rumah mεwah bagai istana, harta bεnda yang tak tεrhitung, kεdudukan, dan jabatan yang luar biasa, namun...
Kεtika nafas tεrakhir tiba, sεbatang jarum pun tak bisa dibawa pεrgi,
Sεhεlai bεnang pun tak bisa dimiliki
Apalagi yang mau
dipεrεbutkan !!!
Apalagi yang mau disombongkan !!!
🌞Maka jalanilah hidup ini dεngan kεinsafan nurani
🌞Jangan tεrlalu pεrhitungan
🌞Jangan hanya mau mεnang sεndiri
🌞Jangan suka sakiti sεsama
🌞Bεlajarlah, tiada hari tanpa kasih
🌞Sεlalu bεrlapang dada dan mengalah
🌞Lepaskan beban, hidup dengan cεria,
🌞Tak ada yang tak bisa diikhlaskan....
🌞Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan...
🌞Tak ada dεndam yang tak bisa tεrhapus..

Jalanilah hidup ini dεngan sεgala sifat positif yang kita miliki..dengan  🌺 SELAMAT PAGI  🌺

S  = Sebelum
E  = Engkau
L  = Lakukan segala
A  = Aktifitasmu
M = Mintalah pada
A  = Allah untuk
T  = Turut bersamamu

              KARENA

P  = Pada Dia
A  = Ada kekuatan
G = Gairah serta suka cita yang
I  = Indah dan  luar biasa.......

Selasa, 09 Februari 2016

Surat Cinta Tentang Shalat

"Surat Cinta Tentang Shalat"
--------------------------

🌻 Bila engkau anggap shalat itu hanya sebagai penggugur kewajiban, maka kau akan terburu-buru mengerjakannya.

🌻 Bila engkau anggap shalat hanya sebagai sebuah kewajiban, maka kau tak akan menikmati hadirnya Allah saat kau mengerjakannya.

🌱 Anggaplah shalat itu pertemuan yang kau nanti dengan Tuhanmu.

🌱 Anggaplah shalat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dengan Allah SWT.

🌱 Anggaplah shalat itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah dengan Allah SWT.

🌱 Anggaplah shalat itu sebagai seriusnya kamu dalam bekerja

👉 Bayangkan ketika "adzan berkumandang," tangan Allah melambai kepadamu untuk mengajak kau lebih dekat denganNya.

👉 Bayangkan ketika kau "takbir," Allah melihatmu, Allah tersenyum untukmu dan Allah bangga terhadapmu.

👉 Bayangkanlah ketika "rukuk," Allah menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau merasakan damai dalam sentuhan-Nya.

👉 Bayangkan ketika "sujud," Allah mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: "Aku mencintaimu wahai hambaKu."

👉 Bayangkan ketika kau "duduk di antara dua sujud," Allah berdiri di depanmu, lalu mengatakan: "Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu."

👉 Bayangkan ketika kau memberi "salam," Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu.

👍 Masya Allah, sungguh nikmat shalat yang kita lakukan. Tidak akan sia-sia yang menyebarkannya, tidak akan rugi orang yang membacanya.

👍 Beruntunglah  orang-orang yang mengamalkan sholat seperti itu.
-----------------------

Barakallahu fiikum 😊

EMPAT PERKARA SEBELUM TIDUR

EMPAT PERKARA SEBELUM TIDUR WALAU SESIBUK MANAPUN DENGAN TUGAS HARIAN

Rasulullah berpesan kepada siti Aisyah ra.

“ Ya, Aisyah! Jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara yaitu :

1. Sebelum khatam al-Quran.

2. Sebelum menjadikan para nabi bersyafaat untukmu di hari kiamat.

3. Sebelum para muslimin meredhai engkau.

4. Sebelum engkau melaksanakan haji dan umrah".

Bertanya Siti Aisyah :
“Ya Rasulullah ! bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika? “

Rasulullah tersenyum dan bersabda :

1. “Jika engkau akan tidur,bacalah surah al –Ikhlas tiga kali
Seakan-akan engkau telah meng-khatamkan Al-Quran

” Bismillaahirrahmaa nirrahiim,
‘Qul huallaahu ahad’ Allaah hussamad’
lam yalid walam yuulad’
walam yakul lahuu kufuwan ahad’ ( 3x ) “

2. "Bacalah shalawat untukku dan untuk para nabi sebelum aku" maka kami semua akan memberimu syafaat di hari kiamat
“ Bismillaahirrahmaa nirrrahiim, Allaahumma shallii ‘alaa saiyyidina Muhammad wa’alaa aalii saiyyidina Muhammad ( 3x ) “

3. “Beristighfarlah” untuk para mukminin maka mereka akan meridhai engkau

“ Astaghfirullaah hal 'adziim al lazhii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilaih ( 3x )

4. Dan perbanyaklah “bertasbih, bertahmid , bertahlil dan bertakbir” maka seakan-akan engkau telah melaksanakan ibadah haji dan umrah

“ Bismillaahirrahmaa nirrrahiim
Subhanallaah Walhamdulillaah Walaa ilaaha illallaah hu wallah hu akbar "
( 3x )

Sampaikanlah kepada orang lain,
maka ini akan menjadi sedaqah jariah pada setiap orang yang anda kirimkan pesan ini, dan apabila kemudian dia mengamalkan nya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat...
Masyaa Allah ... !!

(Catatan Alm KH E.Z. MUTTAQIEN

Sejenak Pagi:

"ANAK-2 KU " ...  
(Catatan Alm KH E.Z. MUTTAQIEN).

Ada kehawatiran besar setiap orang tua !!!
disaat tua,
disaat daya melemah,
disaat anak2 semakin sibuk.?

KESENJANGAN.
Diawali dari merenggangnya komunikasi...,
terjadinya perbedaan alam pikir yg menjauh...,
Dan ... sulitnya saling memahami,
yg mungkin skrg belum terbayang oleh kalian semua...??
tapi itu akan terjadi...!!!

KELAK ... pd saatnya kami hanya bisa berdoa dan berlinang air mata.
Mengiringi semua kekhawatiran yg menyelimuti hati kami.

Yang kami khawatirkan adalah keselamatan kalian, juga syakaratul maut kami.  
"Akan adakah anak2 tercinta menggumamkan Kalimat TALKIN mengiringi perjalanan kami pulang keharibaanNya saat syakaratul maut" ??

SAAT INI kami sangat ingin
komunikasi kita berjalan mesra..., ramah.., penuh .. penuh rindu....
Kami berharap komunikasi kita membuat kita saling faham.

MEMANG kebersamaan kita hanya sebentar.
Hanya 20 tahunan,
Sisanya kalian akan bersama pasangan kalian sampai akhir hayat kalian.
Rasanya sangat sebentar,
belum cukup kita berbagi rasa diwaktu 20 tahunan itu.

Tapi mudah2an komunikasi yg kita bangun sekarang ini bisa memperpanjang kebersamaan rohani kita & mengecilkan rasa khawatir yg selalu ada di hati kami.

ANAKKU...
Jaga Sholat kalian,
Jaga Shodaqoh kalian,
Selalu Berbuat Baik,
Jangan pernah letih utk mendekatkan diri kpd ALLAH.
Berbuatlah yg bisa membuat Orang Tua kalian berbahagia di Alam Barzah dan  Akhirat kelak...!!!

Kami TITIPKAN masa depan Akhirat kami kpd Akhlaq Mulia kalian".

***********************************

Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

Semoga Beranfaat.
😊❤👍

Sapa_Qur'an

Bismillah

Berlari atau Cukup Berjalan

Beginilah al-Qur’an bertutur, membuat sebuah panduan yang berharga untuk setiap muslim, bahwa apa yang kita tuju menentukan cara kita untuk sampai kepadanya

1. Berdzikir (Sholat): perintahnya adalah “Berlarilah!”
“Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan sholat Jum’at, maka BERLARILAH kalian MENGINGAT Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jum’ah: 9)

2. Melakukan Kebaikan: perintahnya adalah “Berlombalah!”
“Maka BERLOMBA-LOMBALAH dalam berbuat KEBAIKAN.” (QS. Al-Baqarah: 148)

3. Meraih Ampunan: perintahnya adalah “Bersegeralah!”
“Dan BERSEGERALAH kamu menuju AMPUNAN dari Tuhanmu dan menuju SURGA…”(QS. Ali Imron: 133)

4. Menuju Allah: perintahnya adalah “Berlarilah dengan cepat!”
“Maka BERLARILAH kembali ta’at kepada ALLAH.” (QS. Adz-Dzaariyat: 50)

5. Menjemput Rizki (Duniawi): perintahnya adalah “Berjalanlah!”
“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka BERJALANLAH di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari RIZKI-Nya.” (QS. Al-Mulk: 15)

Semestinya kita memahami, kapan kita perlu berlari, atau menambah kecepatan lari kita, atau bahkan cukup berjalan saja

Jangan-jangan, selama ini kita merasa lelah, karena berlari mengejar dunia.

Ya Allah, bimbinglah kami…!

#sapa_quran

For our teacher.. love and respect for you

Kisah inspiraatif (dari grup sebelah) tentang rasa syukur dan ucapan terima kasih  seorang murid kepada gurunya.
Pak Hamid duduk termangu. Dipandanginya benda-benda yang berjajar di depannya dengan masygul. Bertahun-tahun dimilikinya dengan penuh kebanggaan. Dirawat dengan baik hingga selalu bersih dan mengkilap. Jika ada orang yang bertanya, Pak Hamid akan bercerita dengan penuh kebanggaan.

Siapa yang tidak bangga memiliki benda-benda itu? Berbagai plakat penghar gaan yang diterimanya selama 35 tahun pengabdiannya sebagai guru di daerah terpencil. Daerah terisolasi yang tidak diminati oleh guru-guru yang lain.Namun Pak Hamid ikhlas menjalaninya, walau dengan gaji yang tersendat dan minimnya fasilitas sekolah. Cinta Pak Hamid pada anak-anak kecil yang bertelanjang kaki dan rela berjalan jauh untuk mencari ilmu, mampu menutup keinginannya untuk pindah ke daerah lain yang lebih nyaman.

Kini masa itu sudah lewat. Masa pengabdiannya usai sudah pada usianya yang keenam puluh. Meskipun berat hati, Pak Hamid harus meninggalkan desa itu beserta keluarganya. Mereka tinggal di rumah peninggalan mertuanya di pinggir kota. Jauh dari anak didik yang dicintainya, jauh dari jalan tanah, sejuknya udara dan beningnya air yang selama ini menjadi nafas hidupnya.

“Hei, jualan jangan sambil melamun!” teriak pedagang kaos kaki di sebelahnya. Pak Hamid tergagap.
“Tawarkan jualanmu itu pada orang yang lewat. Kalau kamu diam saja, sampek elek ra bakalan payu!” (sampai butut gak akan laku) kata pedagang akik di sebelahnya.

“Jualanmu itu menurutku agak aneh,” ujar pedagang kaos kaki lagi. “Apa ada yang mau beli barang-barang seperti itu ? Mungkin kamu mesti berjualan di tempat barang antik. Bukan di kaki lima seperti ini”.

Pak Hamid tak menjawab. Itu pula yang sedang dipikirkannya. Siapa yang tertarik untuk membeli plakat-plakat itu? Bukanlah benda-benda itu tidak ada gunanya bagi orang lain, sekalipun sangat berarti baginya ?

“Sebenarnya kenapa sampai kau jual tanda penghargaan itu ?” tanya pedagang akik.“Saya butuh uang.”
“Apa isteri atau anakmu sedang sakit ?”

“Tidak. Anak bungsuku hendak masuk SMU. Saya butuh uang untuk membayar uang pangkalnya.”
“Kenapa tidak ngutang dulu. Siapa tahu ada yang bisa membantumu.”“Sudah. Sudah kucoba kesana-kemari, namun tak kuperoleh juga.”
“Hei, bukankah kau punya gaji...eh... pensiun maksudku.”

“Habis buat nyicil motor untuk ngojek si sulung dan buat makan sehari-hari.”

Penjual akik terdiam. Mungkin merasa maklum, sesama orang kecil yang mencoba bertahan hidup di kota dengan berjualan di kaki lima .

“Kau yakin jualanmu itu akan laku?”penjual kaos kaki bertanya lagi setelah beberapa saat. Matanya menyiratkan iba.

“Insya Allah. Jika Allah menghendaki aku memperoleh rejeki, maka tak ada yang dapat menghalanginya.”

Siang yang panas. Terik matahari tidak mengurangi hilir mudik orang-orang yang berjalan di kaki lima itu. Beberapa orang berhenti, melihat-lihat akik dan satu dua orang membelinya. Penjual akik begitu bersemangat merayu pembeli. Rejeki tampaknya lebih berpihak pada penjual kaos kaki. Lebih dari dua puluh pasang kaos kaki terjual. Sedangkan jualan Pak Hamid, tak satupun yang meliriknya.

Keringat membasahi tubuh Pak Hamid yang mulai renta dimakan usia. Sekali lagi dipandanginya plakat-plakat itu. Kegetiran membuncah dalam dadanya. Berbagai penghargaan itu ternyata tak menghidupinya. Penghargaan itu hanya sebatas penghargaan sesaat yang kini hanya tinggal sebuah benda tak berharga.

Sebuah ironi yang sangat pedih. Tak terbayangkan sebelumnya. Predikatnya sebagai guru teladan bertahun yang lalu, tak sanggup menghantarkan anaknya memasuki sekolah SMU. Sekolah untuk menghantarkan anaknya menggapai cita-cita, yang dulu selalu dipompakan ke anak-anak didiknya.

Saat kegetiran dan keputusasaan masih meliputinya, Pak Hamid dikejutkan oleh sebuah suara.
“Bapak hendak menjual plakat-plakat ini?” seorang lelaki muda perlente berjongkok sambil mengamati jualan Pak Hamid. Melihat baju yang dikenakannnya dan mobil mewah yang ditumpanginya dengan supirnya, ia sepertinya lelaki berduit yang kaya raya.

Pak Hamid tiba-tiba berharap.
“Ya...ya..saya memang menjual plakat-plakat ini,” jawab Pak Hamid gugup.

“Berapa bapak jual setiap satuannya?”
Pak Hamid berfikir,”Berapa ya? Bodoh benar aku ini. Dari tadi belum terpikirkan olehku harganya.”
“Berapa, Pak?”

“Eee...tiga ratus ribu.”

“Jadi semuanya satu juta lima ratus. Boleh saya beli semuanya ?”

Hah?? Dibeli semua, tanpa ditawar lagi! Kenapa tidak kutawarkan dengan harga yang lebih tinggi? Pikir Pak Hamid sedikit menyesal. Tapi ia segera menepis sesalnya. Sudahlah, sudah untung bisa laku.

“Apa bapak punya yang lain. Tanda penghargaan yang lain misalnya ...”

Tanda penghargaan yang lain? Pak Hamid buru-buru mengeluarkan beberapa piagam dari tasnya yang lusuh. Piagam sebagai peserta penataran P4 terbaik, piagam guru matematika terbaik se kabupaten, bahkan piagam sebagai peserta Jambore dan lain-lain piagam yang sebenarnya tidak begitu berarti. Semuanya ada sepuluh buah.

“Bapak kasih harga berapa satu buahnya ?”

“Dua ratus ribu.” Hanya itu yang terlintas di kepalanya.

“Baik. Jadi semuanya seharga tiga juta lima ratus ribu. Bapak tunggu sebentar, saya akan ambil uang di bank sana itu.” kata lelaki perlente itu sambil menunjuk sebuah bank yang berdiri megah tak jauh dari situ.

“Ya...ya..saya tunggu.” kata Pak Hamid masih tak percaya.

Menit-menit yang berlalu sungguh menggelisahkan. Benarkah lelaki muda itu hendak membeli plakat-plakat dan berbagai tanda penghargaannya? Atau dia hanya penipu yang menggoda saja? Pak Hamid pasrah.

Tapi nyatanya, lelaki itu kembali juga akhirnya dengan sebuah amplop coklat di tangannya. Pak Hamid menghitung uang dalam amplop, lalu buru-buru membungkus plakat-plakat dan berbagai tanda penghargaan miliknya dengan kantong plastik, seakan-akan takut lelaki muda itu berubah pikiran.

Dipandangnya lelaki muda itu pergi dengan gembira bercampur sedih. Ada yang hilang dari dirinya. Kebanggaan atau mungkin juga harga dirinya. Pak Hamid kini melipat alas dagangannya dan segera beranjak meninggalkan tempat itu, meninggalkan pedagang akik dan kaos kaki yang terbengong-bengong. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun, ia tak sempat berfikir soal mereka, pikirannya sendiri pun masih kurang dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi.

“Lebih baik pulang jalan kaki saja. Mungkin sepanjang jalan aku bisa menata perasaanku. Sebaik mungkin. Aku tidak ingin istriku melihatku merasa kehilangan plakat-plakat itu. Aku tidak ingin ia melihatku menyesal telah menjualnya. Karena aku ingin anakku sekolah, aku ingin dia sekolah!” Pak Hamid bertutur panjang dalam hati.

Ia melangkah gontai menuju rumah. Separuh hatinya begitu gembira, akhirnya si bungsu dapat sekolah. Tiga setengah juta cukup untuk membiayai uang pangkal dan beberapa bulan SPP. Namun, separuh bagian hatinya yang lain menangis, kehilangan plakat-plakat itu, yang sekian tahun lamanya selalu menjadi kebanggaannya.
Jarak tiga kilometer dan waktu yang terbuang tak dipedulikannya. Sesampainya di rumah, istrinya menyambutnya dengan wajah khawatir.

“Ada apa, Pak? Apa yang terjadi denganmu? Tadi ada lelaki muda yang mencarimu. Dia memberikan bungkusan ini dan sebuah surat. Aku khawatir sampeyan ada masalah.”

Pak Hamid tertegun. Dilihatnya kantong plastik hitam di tangan istrinya. Sepertinya ia mengenali kantong itu. Dibukanya kantong itu dengan terburu-buru. Dan...plakat- plakat itu, tanda penghargaan itu ada di dalamnya! Semuanya! Tak ada yang berkurang satu bijipun! Apa artinya ini? Apakah lelaki itu berubah pikiran? Mungkin ia bermaksud mengembalikan semuanya. Atau mungkin harga yang diberikannya terlalu mahal.
Batin Pak Hamid bergejolak riuh. Segera dibukanya surat yang diangsurkan istrinya ke tangannya. Sehelai kartu nama terselip di dalam surat pendek itu.

"Pak Hamid yang saya cintai,Saya kembalikan plakat-plakat ini. Plakat-plakat ini bukan hanya berarti untuk Bapak, tapi juga buat kami semua, murid-murid Bapak. Kami bangga menjadi murid Bapak. Terima kasih atas semua jasa Bapak."
Suryo, lulusan tahun 76.

Tak ada kata-kata. Hanya derasnya air mata yang membasahi pipi Pak Hamid.
[truncated by WhatsApp]

Jangan lalai dari doa

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرحيم

🌸JANGAN LALAI DARI DOA🌸


🌽Ketika orang ditanya, “Do’a apakah yang paling sering dibaca oleh seorang muslim?”,
Banyak yang menjawabnya dengan salah.

🌽Begitu seringnya do’a itu dibaca, sehingga ketika sedang membaca do’a banyak yang tidak merasa berdo’a

🌽Padahal do’a itu sangat dahsyat, mencakup kebutuhan kita di dunia dan akhirat. Dan dibaca minimal 17 kali setiap hari.

🌽Marilah kita renungi maknanya :

🌾RABBIGFIRLII 🌾

Wahai Tuhan ampunilah dosaku. Dosa adalah beban, yang menyebabkan kita berat melangkah menuju ke ridha Allah. Dosa adalah kotoran hati yang membuat hati kelam sehingga hati kita merasa berat untuk melakukan kebaikan.

🌾WARHAMNII 🌾

Sayangilah diriku. Kalau kita disayang Allah, hidup akan terasa nyaman, karena dengan kasih sayang akan dapat dicapai semua cita-cita. Dengan kasih sayang Allah nafsu kita akan terbimbing.

🌾WAJBURNII 🌾

Tutuplah segala kekuranganku. Banyak sekali kekurangan kita, kurang syukur, kurang sabar, kurang bisa menerima kenyataan, mudah marah, pendendam dan lain-lain. Kalau kekurangan kita ditutup atau diperbaiki Allah, maka kita akan menjadi manusia sebenarnya.

🌾WARFA’NII 🌾

Tinggikanlah derajatku. Kalau Allah sudah meninggikan derajat kita, maka pasti tidak ada manusia yang bisa menghinakan kita.

🌾WARZUQNII 🌾

Berikanlah aku rizki, sebagai hamba Allah kita membutuhkan rizki. Allah mampu mendatangkan rizki dari arah yang tak terduga dan tanpa perhitungan.

🌾WAHDINI 🌾

Berikanlah aku petunjuk atau bimbinglah aku ke jalan kebahagiaan.
Kita tidak hanya minta petunjuk atau hidayah yang berkaitan dengan agama.
Tetapi kita juga minta petunjuk agar terhindar dari mengambil keputusan yang salah.

🌾WA’AAFINII 🌾

Berikanlah aku kesehatan. Apabila kita sehat kita bisa menambah kebaikan dan manfaat serta tidak menjadi beban orang lain.

🍒“Health is not everything, but without health everything is nothing.”🍒

🌾WA’FUANNII 🌾

Aku mohon agar kesalahanku dihapus dari catatan.
Kita awali do’a ini dengan mohon ampun dan kita akhiri dengan permohonan agar catatan dosa kita dihapus. Sehingga kita benar-benar bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir.

💐 Allah memerintahkan kita untuk membaca do’a itu, Rasulullah mencontohkan kepada kita, menurut logika do’a tersebut pasti terkabul, kecuali dari hati yang lalai dari apa yg disebutkan lisannya (jauh dari khusyuk).

📖 Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang lalai.

Wallahu musta’an

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Inspirasi pagi

🌻. INSPIRASI PAGI  🌻

Dibaca pelan2 yah ... bagus untuk improvεmεnt ...
🌞Yang indah hanya sεmεntara
🌞Yang abadi adalah kεnangan
🌞Yang ikhlas hanya dari hati
🌞Yang tulus hanya dari sanubari
🌞Tidak mudah mεncari yang hilang
🌞Tidak mudah mεngεjar impian
🌞Namun yang lεbih susah mεmpεrtahankan yang sudah ada
Karεna walaupun tεrgεnggam bisa tεrlεpas juga
🌞Ingatlah pada pεpatah,
"Jika kamu tidak mεmiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"
🌞Bεlajar mεnεrima apa adanya dan bεrpikir positif....
🌞Rumah mεwah bagai istana, harta bεnda yang tak tεrhitung, kεdudukan, dan jabatan yang luar biasa, namun...
Kεtika nafas tεrakhir tiba, sεbatang jarum pun tak bisa dibawa pεrgi,
Sεhεlai bεnang pun tak bisa dimiliki
Apalagi yang mau
dipεrεbutkan !!!
Apalagi yang mau disombongkan !!!
🌞Maka jalanilah hidup ini dεngan kεinsafan nurani
🌞Jangan tεrlalu pεrhitungan
🌞Jangan hanya mau mεnang sεndiri
🌞Jangan suka sakiti sεsama
🌞Bεlajarlah, tiada hari tanpa kasih
🌞Sεlalu bεrlapang dada dan mengalah
🌞Lepaskan beban, hidup dengan cεria,
🌞Tak ada yang tak bisa diikhlaskan....
🌞Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan...
🌞Tak ada dεndam yang tak bisa tεrhapus..

Jalanilah hidup ini dεngan sεgala sifat positif yang kita miliki..dengan  🌺 SELAMAT PAGI  🌺

S  = Sebelum
E  = Engkau
L  = Lakukan segala
A  = Aktifitasmu
M = Mintalah pada
A  = Allah untuk
T  = Turut bersamamu

2              KARENA

P  = Pada Dia
A  = Ada kekuatan​
G = Gairah serta suka cita yang
I  = Indah dan  luar biasa.

Good information

8 jenis makanan yg paling baik mencegah penyakit:

(1) الرمان/delima
(2)الروب/yogurt
(3)الثوم/bawang putih
(4)البصل/bawang besar
(5)الشاي الأخضر/teh hijau
(6)الشوفان/oat
(7)القرع/labu
(8)البروكلي/brokoli
ـــــــــــــــــــــــــــــ
ثلاثة أشياء تمرض الجسم :
3 hal yg membawa penyakit:

(1) الكلام الكثير/banyak bicara
(2) النوم الكثير/banyak tidur
(3) الأكل الكثير/banyak makan
ـــــــــــــــــــــ
وأربعة أشياء تهدم البدن :
4 hal yg merusak badan:

(1) الهم/duka
(2) الحزن/sedih
(3) الجوع /lapar
(4) السهر /tidak tidur malam
ـــــــــــــــــــــــ
وأربعة تزيد في ماء الوجه وبهجته :
4 hal menambah cerah wajah:

(1) التقوى/taqwa
(2) الوفاء /jujur
(3) الكرم /pemurah
(4) المروءة/jaga kehormatan
ـــــــــــــــــــــــــ
وأربعة تجلب الرزق :
4 hal yg menarik rezeki:

(1) قيام الليل/qiyamulail
(2) كثرة الاستغفار بالأسحار/banyak istighfar waktu 2/3 mlm
(3) تعاهد الصدقة/biasa bersedekah
(4) الذكر أول النهار وآخره/berdzikir waktu awal pagi dan petang
ـــــــــــــــــ
وأربعة تمنع الرزق
4 hal yg mencegah rizqi:

(1) نوم الصبح/tidur waktu pagi
(2) قلة الصلاة/sedikit sholat
(3) الكسل/malas
(4)  البخل/bakhil untuk berinfaq

إذا أعجبتك هذه الكلمات, لا تبخل بها على اصحابك واحبابك .. !!
Kalau Anda kagum dgn kalimat2 tsb, jgn pelit utk berbagi kpd kawanmu n org yg Anda sayangi..!!🌺🌺🌺

April 17th 2014, bandara Penang PIA

Karena saya tidak suka manis, menikmati fruitcake yang manis di Secr*t recipe, bagi saya amat sangat menyiksa.
I don't have a choice, french fries sdh, milo sudah, jadilah cake dan lemon tea jd pilihan berikutnya....
Mengantuk bukan main....

My one day trip to penang from medan

Parrents quote:Renungan kita bersama

Renungan kita bersama 😭

KISAH INSPIRASI BAGI PARA ANAK YG MASIH PUNYA ORANG TUA YANG SUDAH SEPUH.

" Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur? "

Kemarin lalu, saya bertakziah mengunjungi salah seorang kerabat yang sepuh. Umurnya sudah 93 tahun. Beliau adalah veteran perang kemerdekaan, seorang pejuang yang shalih serta pekerja keras. Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid untuk Maghrib, Isya dan Shubuh.

Qadarallah, beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak dua bulan lalu. Sekarang beliau hanya terbaring di rumah dengan ditemani anak-anak beliau. Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di fase antara dunia nyata dan impian. Sering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dan kepayahan.

Anak-anak beliau diajari dengan cukup baik oleh sang ayah. Mereka terjaga ibadahnya, berpenghasilan lumayan, dan akrab serta dekat. Ketika sang ayah sakit, mereka pun bergantian menjaganya demi berbakti kepada orangtua.

Namun ada beberapa kisah yang mengiris hati; kejadian jujur dan polos yang terjadi dan saya tuturkan kembali agar kita bisa mengambil ibrah.

Terkisah, suatu hari di malam lebaran, sang ayah dibawa ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. Malam itu, sang anak yang kerja di luar kota dan baru saja sampai bersikeras menjaga sang ayah di kamar sendirian. Beliau duduk di bangku sebelah ranjang. Tengah malam, beliau dikejutkan dengan pertanyaan sang ayah,

"Apa kabar, pak Rahman? Mengapa beliau tidak mengunjungi saya yang sedang sakit?" tanya sang ayah dalam igauannya.

Sang anak menjawab, "Pak Rahman sakit juga, Ayah. Beliau tidak mampu bangun dari tidurnya." Dia mengenal Pak Rahman sebagai salah seorang jamaah tetap di masjid.

"Oh...lalu, kamu siapa? Anak Pak Rahman, ya?" tanya ayahnya kembali.

"Bukan, Ayah. Ini saya, Zaid, anak ayah ke tiga."

"Ah, mana mungkin engkau Zaid? Zaid itu sibuk! Saya bayar pun, dia tidak mungkin mau menunggu saya di sini. Dalam pikirannya, kehadirannya cukup digantikan dengan uang," ucap sang ayah masih dalam keadaan setengah sadar.

Sang anak tidak dapat berkata apa-apa lagi. Air mata menetes dan emosinya terguncang. Zaid sejatinya adalah seorang anak yang begitu peduli dengan orangtua. Sayangnya, beliau kerja di luar kota. Jadi, bila dalam keadaan sakit yang tidak begitu berat, biasanya dia menunda kepulangan dan memilih membantu dengan mengirimkan dana saja kepada ibunya. Paling yang bisa dilakukan adalah menelepon ibu dan ayah serta menanyakan kabarnya. Tidak pernah disangka, keputusannya itu menimbulkan bekas dalam hati sang ayah.

Kali yang lain, sang ayah di tengah malam batuk-batuk hebat. Sang anak berusaha membantu sang ayah dengan mengoleskan minyak angin di dadanya sembari memijit lembut. Namun, dengan segera, tangan sang anak ditepis.

"Ini bukan tangan istriku. Mana istriku?" tanya sang ayah.

"Ini kami, Yah. Anakmu." jawab anak-anak.

"Tangan kalian kasar dan keras. Pindahkan tangan kalian! Mana ibu kalian? Biarkan ibu berada di sampingku. Kalian selesaikan saja kesibukan kalian seperti yang lalu-lalu."

Dua bulan yang lalu, sebelum ayah jatuh sakit, tidak pernah sekalipun ayah mengeluh dan berkata seperti itu. Bila sang anak ditanyakan kapan pulang dan sang anak berkata sibuk dengan pekerjaannya, sang ayah hanya menjawab dengan jawaban yang sama.

"Pulanglah kapan engkau tidak sibuk."

Lalu, beliau melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Bekerja, shalat berjamaah, pergi ke pasar, bersepeda. Sendiri. Benar-benar sendiri. Mungkin beliau kesepian, puluhan tahun lamanya. Namun, beliau tidak mau mengakuinya di depan anak-anaknya.

Mungkin beliau butuh hiburan dan canda tawa yang akrab selayak dulu, namun sang anak mulai tumbuh dewasa dan sibuk dengan keluarganya.

Mungkin beliau ingin menggenggam tangan seorang bocah kecil yang dipangkunya dulu, 50-60 tahun lalu sembari dibawa kepasar untuk sekadar dibelikan kerupuk dan kembali pulang dengan senyum lebar karena hadiah kerupuk tersebut. Namun, bocah itu sekarang telah menjelma menjadi seorang pengusaha, guru, karyawan perusahaan; yang seolah tidak pernah merasa senang bila diajak oleh beliau ke pasar selayak dulu. Bocah-bocah yang sering berkata, "Saya sibuk...saya sibuk. Anak saya begini, istri saya begini, pekerjaan saya begini." Lalu berharap sang ayah berkata, "Baiklah, ayah mengerti."

Kemarin siang, saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar penuturan dari sang anak. Karena mungkin saya seperti sang anak tersebut; merasa sudah memberi perhatian lebih, sudah menjadi anak yang berbakti, membanggakan orangtua, namun siapa yang menyangka semua rasa itu ternyata tidak sesuai dengan prasangka orangtua kita yang paling jujur.

Maka sudah seharusnya, kita, ya kita ini, yang sudah menikah, berkeluarga, memiliki anak, mampu melihat ayah dan ibu kita bukan sebagai sosok yang hanya butuh dibantu dengan sejumlah uang. Karena bila itu yang kita pikirkan, apa beda ayah dan ibu kita dengan karyawan perusahaan?

Bukan juga sebagai sosok yang hanya butuh diberikan baju baru dan dikunjungi setahun dua kali, karena bila itu yang kita pikirkan, apa bedanya ayah dan ibu kita dengan panitia shalat Idul Fitri dan Idul 'Adha yang kita temui setahun dua kali?

Wahai yang arif, yang budiman, yang penyayang dan begitu lembut hatinya dengan cinta kepada anak-anak dan keluarga, lihat dan pandangilah ibu dan ayahmu di hari tua. Pandangi mereka dengan pandangan kanak-kanak kita. Buang jabatan dan gelar serta pekerjaan kita. Orangtua tidak mencintai kita karena itu semua. Tatapilah mereka kembali dengan tatapan seorang anak yang dulu selalu bertanya dipagi hari, "Ke mana ayah, Bu? Ke mana ibu, Ayah?"

Lalu menangis kencang setiap kali ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.

Wahai yang menangis kencang ketika kecil karena takut ditinggalkan ayah dan ibu, apakah engkau tidak melihat dan peduli dengan tangisan kencang di hati ayah dan ibu kita karena diri telah meninggalkan beliau bertahun-tahun dan hanya berkunjung setahun dua kali?

Sadarlah wahai jiwa-jiwa yang terlupa akan kasih sayang orangtua kita. Karena boleh jadi, ayah dan ibu kita, benar-benar telah menahan kerinduan puluhan tahun kepada sosok jiwa kanak-kanak kita; yang selalu berharap berjumpa dengan beliau tanpa jeda, tanpa alasan sibuk kerja, tanpa alasan tiada waktu karena mengejar prestasi.

Bersiaplah dari sekarang, agar kelak, ketika sang ayah dan ibu berkata jujur tentang kita dalam igauannya, beliau mengakui, kita memang layak menjadi jiwa yang diharapkan kedatangannya kapan pun juga.

Smoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.
Silahkan di Komentari dan di Share apabila dirasakan bermanfaat.